Ompoker.Info - Indonesia secara resmi memustuskan untuk membekukan sementara (temporary suspend) keanggotaan di Organisasi Negara - negara Pengekspor Minyak (OPEC). Keputusan tersebut diambil dalam Sidang ke - 171 OPEC di Wina, Austria, Rabu (30/11).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menjelaskan, langkah pembekuan diambil menyusul keputusan sidang untuk memotong produksi minyak mentah sebesar 1.2 juta barel per hari, di luar kondensat. Indonesia diminta memotong sekitar 5 persen dari produksinya, atau sekitar 37 ribu brel per hari.
Indonesia sendiri pernah menjadi anggota OPEC dan keluar pada 2009 silam setelah menjadi negara pengimpor minyak. Namun, pada pertengahan 2015 silam, Menteri ESDM Sudirman Said (saat itu) berambisi agar Indonesia kembali gabung ke OPEC. Meski rajin impor minyak, OPEC menerima Indonesia sebagai anggota, dan diundang untuk menghadiri pertemuan rutin kartel berikutnya pada 4 Desember 2015 di ibu kota Austria yang sekaligus meresmikan pengaktifkan kembali keanggotaan Indonesia.
Sudirman Said kala itu menegaskan, masuknya Indonesia ke organisasi tersebut untuk mempererat hubungan dengan negara - negara produsen minyak dunia.
"Kami ingin kembali aktif di OPEC sebagai peninjau (di awal). Tanggal 3 dan 4 saya akan hadiri konferensi OPEC. Kita akan kembali berinteraksi dengan market,"ujar dia usai pelantikan eselon I dan II di Kementerian ESDM, jakarta, Kamis ( 7/5/2015).
Selain itu, Sudirman menegaskan kembalinya Indonesia menjadi anggota OPEC bakal menjamin pasokan minyak ke Indonesia. Pasalnya, Indonesia masih harus impor minyak sebanyak 800.000 barel per hari.
"Berada di market dan berinteraksi dengan produsen itu harus dilakukan. Nanti kita akan menugaskan Pertamina dalam dua -tiga tahun kedepan, 70 persen dari seluruh pembelian haruslah kontrak jangka panjang,"kata dia.
Kini, keputusan Sudirman Said dianggap salah. Setelah OPEC sepakat memangkas produksi untuk menaikan harga minyak, Indonesia menolak dan memilih untuk membekukan keanggotaannya. Tak selesai di situ, keputusan Sudirman Said bergabung kembali ke OPEC pada 2015 silam dinilai tidak tepat.
Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada, Fachmi Radhi menilai, keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya mineral (ESDM) Ignasius Jonan sudah tepat dan strategis. Menurutnya, sudah sedari dulu saat Sudirman Said masih menjabat sebagai Menteri ESDM Indonesia seharusnya tidak memutuskan kembali kepangkuan OPEC.
"Saya kira keputusan Sudirman Said untuk masuk kembali ke OPEC itu keputusan salah. Karena kita bukan lagi pengekspor. Kita ini sudah jadi net importir. Nggak tau lah tujuannya apa. Keputusan Jonan sangat tepat dan strategis,"ujarnya kepada Ompoker.Info saat di hubungi di jakarta, jumat (2/12).
Dikatakan Fachmi, saat ini sudah tidak ada lagi kepentingan Indonesia untuk tetap berada OPEC. Jika ingin mendapat minyak murah, kata dia, Indonesia bisa melakukan kerja sama bilateral dengan negara penghasil minyak lainnya.
"Tidak ada gunanya lagi masuk OPEC. Tidak ada urgency. Kalau alasannya untuk dapat minyak murah sehausnya tidak masuk OPEC. Bisa dilakukan secara bilateral,"kata dia.
Selain itu, pembekuan Indonesia dari OPEC dinilai tidak akan merugikan, kecuali negara - negara penghasil minyak besar lainnya. Dia berharap agar Indonesia untuk tidak kembali ke OPEC selamanya.
"Tidak ada ruginya kecuali Arab Saudi, Irak sama Iran. Kalau bisa ( Indonesia) keluar (OPEC) selamanya."
Tak hanya itu, keputusan Indonesia bekukan keanggotaannya di OPEC menyelamatkan dari kerugian Rp 27 miliar per hari.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut binsar panjaitan mengatakan pembekuan keanggotaan Indonesia dalam Organisasi Negara - negara Pengekspor Minyak (OPEC) bukan merupakan masalh besar. Menko Luhut mengatakan dirinya mendukung penuh keputusan tersebut.
"Bagus dong dibekukan. Kita kan gak perlu. Karena kalau kita di cut 37.000 barel itu kan tidak bagus buat penerimaan kita, sementara biar saja dulu begitu,"ujarnya di jakarta, Kamis (1/12).
Menko Luhut mengatakan pembekuan keanggotaan OPEC merupakan langkah strategis. Di mana dengan melakukan hal tersebut Indonesai dapat menghemat USD 2 juta atau setara Rp 27 miliar ( USD 1 = Rp 13.510) per hari.
"Karena kalau ikut, kita terpotong 37.000 barel itu setara USD2 juta per hari, itu sangat berpengaruh terhadap APBN,"ungkap Menko Luhut.
Senada dengan Luhut, Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong mengaku senang dengan keputusan Indonesia untuk membekukan diri dari negara -negara pengekspor minyak atau OPEC. Alasannya, Indonesia setelah bergabung kembali tidak pernah menikmati keuntungan apapun adri keanggotaan OPEC.
Tidak hanya itu, mantan Menteri Perdagangan ini juga mempertanyakan keputusan Indonesia yang beberapa tahun lalu memutuskan untuk kembali bergabung dengan OPEC, dimana pada saat itu diinisiasi oleh mantan Menteri ESDM, Sudirman Said.
"Kalau saya pribadi sih malah seneng. Saya terus terang pribadi tidak pernah mengerti kenapa kita harus masuk ke OPEC. Maaf ya, karena kita sudah lama tidak menjadi negara eksportir. Jadi saya kurang mengerti waktu kita kembali masuk. Jadi buat apa,"ujarnya di Hotel Borobudur, jakarta. Kamis (1/12).
Presiden Jokowi juga mendukung keputusan Indonesia membekukan keanggotaan di OPEC.
Presiden Joko Widodo menilai tepat keputusan Indonesia membekukan sementara (temporary suspend) keanggotaan di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Keputusan tersebut diambil dalam sidang ke 171 OPEC di Wina, Austria, Rabu (30/11).
Menurut Jokowi, langkah ini harus diambil demi perbaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). OPEC sendiri meminta Indonesia memotong sekitar 5 persen dari total produksi minyak dalam negeri sebesar 820.000 barel per hari (bph).
Mantan Wali Kota Solo ini menilai, permintaan OPEC merugikan Indonesia . Sebab, ditengah target pemerintah untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 1.5 juta bph melalui pembangunan kilang justru harus dikurangi.
![]() |
Agen Judi Terpercaya & Terpopuler jagad maya |
"Iya, dulu kan kita pernah jadi anggota OPEC, kemudian tidak menjadi anggota, kemudian kita masuk lagi karena kita ingin informasi naik turunnya harga kemudian kondisi stok di setiap negara tahu kalau jadi anggota. Tapi ini juga karena untuk perbaikan APBN ya kalau memang kita harus keluar lagi kan gak ada masalah,"ujarnya di Hotel Borobudur, jakarta, Kamis (1/12).
Menurut dia, langkah tersebut tidak akan mempengaruhi perekonomian,Darmin Nasution juga mengatakan hal senada. Menurutnya, keberadaan Indonesia di OPEC maupun berada di luar keanggotaan, tidak akan ada bedanya sebetulnya,"pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar