Berita Terhangat Hari ini | Berita Hari Ini Di Indonesia | Berita Aktual Terkini

Bandar Togel

bandar togel online

Jumat, 23 Desember 2016

Mitos Atau Fakta, Indonesia Kaya Migas?


AksiBerita
 - Benarkah Indonesia punya banyak minyak Bumi dan gas alam (migas)? betulkah juga  negeri ini berlimpah migas, apalagi Indonesia tercatat menjadi anggota negara-negara pengekspor minyak (OPEC)? atau itu cuma mitos?

" Indonesia sudah jadi net importer minyak sejak 2004. Dengan kondisi sekarang, Indonesia juga akan menjadi net importer gas pada 2014," kata kepala Bagian Program dan Pelaporan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Taslim Z Yunus, Sabtu (4/6/2016).

Berbicara dalam sharing session SKK Migas dengan Tenaga Ahli dan Sekretariat Komisi VII DPR, Taslim mengatakan pula,dengan tingkat produksi dan konsumsi saat ini bahkan Indonesia akan menjadi net importer energi pada 2016.


Berdasarkan data SKK Migas, data produksi minyak Indonesia per Mei 2016 adalah 832.000 barrel per hari (BPOD), setara sekitar 1 persen produksi minyak dunia. Adapun produksi harian gas mencapai 8.215 MMSCFD.

" Sejak 2003,produksi gas lebih besar dari pada minyak," ujar Taslim.

Dulu, cadangan minyak Indonesia yang sudah terbukti mencapai sekitar 27 miliar barrel. Per Desember 2015, masih ada cadangan sebanyak 3.6 miliar barrel, setara 0.2 persen cadangan minyak dunia.

Sisa yang ada, menurut analisis yang dirujuk SKK Migas hanya akan bertahan hingga 10 tahun ke depan untuk tingkat pemakaian yang tak berubah dari sekarang.

Padahal, konsumsi migas Indonesia rata-rata meningkat sekitar 8 persen per tahun, dengan angka saat ini sekitar 1.6 juta barrel per hari.

Cadangan gas Indonesia pun tak lebih banyak dari pada minyak.
Merujuk data BP Statistical Review of World Energy pada 2015, saat ini Indonesia memiliki cadangan gas di kisaran 100 TSCF,

Tantangan energi Indonesia

Grafik data bersumber dari Wood Mackenzie seperti dirujuk SKK Migas berikut ini menjadi salah satu gambaran tantangan pasokan migas Indonesia.

 

Meski demikian, diperkirakan Indonesia memang masih punya cadangan minyak sekitar 43.7 miliar barrel. Tantangannya, lokasi cadangan tersebut  kebanyakan berada di kawasan laut dalam.


Data data diatas merupakan tantangan bagi Indonesia. Untuk memperpanjang kemampuan pasokan migas dari dalam negeri, eksplorasi sumber sumber baru migas merupakan keharusan.

Masalahnya, eksplorasi bukan pekerjaan mudah dan murah. Upaya ini butuh teknologi tinggi dan biaya mahal. Kehadiran investor menjadi kebutuhan tak terelakkan dari situasi ini.

" Dana investasi untuk migas sangat sedikit, dan Indonesia harus bersaing untuk mendapatkan alokasi dana investasi tersebut jika ingin meningkatkan produksi minyak dan gas buminya," ujar lead Advisor for Energy, Utilities & mining PwC Indonesia, Sacha Winzenried,

Survei yang digelar PwC Indonesia terkait industri migas mendapati setidaknya ada lima tantangan terkait investasi ke sektor ini. pertama, keabsahan kontrak dan kepastian seputar perpanjangan kontrak bagi hasil.

Kedua, kurangnya kebijakan dan visi yang konsisten antar lembaga pemerintah. Ketiga, penerbitan peraturan mengenai perpajakan atau penggantian biaya (cost recovery) yang berdampak pada ketentuan kontrak bagi hasil.

Keempat, ketidakpastian seputar cost recovery dan audit pemerintah. Terakhir,ketiadaan otoritas tunggal yang dapat menyelesaikan sengketa obyektif di berbagai departemen dan lembaga.

Menurut Winzenried, pada responden survei menyakini bahwa fokus pada aspek aspek ini akan meningkatkan daya tarik iklim investasi Indonesia untuk migas secara signifikan, konsisten dengan peluang geologis Indonesia yang kuat.

Peserta survei, lanjut Winzenried, juga optimistis terhadap potensi peningkatan daya saing Indonesia, sejalan dengan investasi besar di sektor infrastruktur yang dipicu oleh kebijakan pemerintah saat ini.

Diluar hasil survei tersebut, SKK Migas melihat pula perlunya peran aktif masyarakat untuk turut menciptakan iklim yang ramah investasi.


Jangan sapai pula investor sudah datang tetapi masih terkendala problem sosial di lapangan untuk pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi migas.

Tantangan sektor migas tak hanya berupa angka produksi dan cadangan yang menipis, tetapi juga dari harga migas dunia dan fluktuasi nilai tukar mata uang (KURS).

sekalipun harga migas dunia sedang dalam tren turun, kurs rupiah yang belum cukup kuat dibandingkan mata uang asing menjadikan impor bukan solusi bagi kebutuhan energi di dalam negeri.

Meski demikian, kata Winzenried, kondisi tersebut juga dapat menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk memperbaiki kebijakan investasi migas. Ujungnya, menarik alokasi dana investasi untuk eksplorasi dan pengembangan di Indonesia.

Kabar baiknya, kepala SKK Migas Amien Sunaryadi pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, Rabu (17/8/2016), menyebutkan angka produksi minyak Indonesia menunjukan kenaikan.

" Untuk pertama kali sejak 2008, produksi minyak rata rata harian naik dari 786.000 BPOD pada 2015 menjadi 834.000 BOPD per Juli 2016. Naik 6.2 persen," sebut Amien.

Menurut Amien, minat investasi juga masih mengalir ke sektor migas. Antara lain, sebut dia, terlihat dari komitmen investasi untuk pengembangan Train 3 di Kilang LNG Tangguh, Papua Barat.

" Nilai investasinya mencapai 8 miliar Dollar AS," sebut Amien.

Dari awal tahun sampai Juli 2016, lanjut Amien, juga terdapat 21 Plan of Development (POD) dan Plan of Further Development (PoFD) yang telah disetujui.

Apabila seluruh POD/POFD dapat direlisasikan sesuai rencana, caangan migas Indonesia diharapkan bertambah 171 juta barrel oil equivalent (BOE).

baca juga  ( china ingin jadikan indonesia sebagai basis nya )


Penulis : Albet Ong
Sumber : Kompas.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar